Jendral TNI Purn Andi Muhammad Jusuf Amir sosok Martir Asal Sulsel, salah satu yang memperjuangkan kemerdekaan dan membebaskan kita dari belenggu penjajahan.
Pria kelahiran Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan Sulsel (Sulsel) dikenal dengan strategi perang gerilyanya.
Mantan pimpinan tertinggi ABRI tersebut juga mengemban jabatan selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan pada era presiden Soeharto.
...
Semasa menjabat selaku panglima tertinggi ABRI, Jusuf juga diketahui sebagai Jendral yang memperhatikan kesejahteraan bawahannya. Dirinya secara rutin berkeliling daerah untuk menemui para prajurit di barak-barak. Dengan hangat dia menyapa keluarga prajurit.
Selain memiliki keistimewaan di mata prajurit nya. Dia juga membangun asrama, memperbaiki fasilitas yang rusak, memberikan bantuan dan dengan sikap kebapakan mendengarkan curhat para prajurit. "Orang nya terbuka dan bersahaja banyak yang akrab dengan beliau,"terangnya.
SELAMAT HARI PAHWALAN
See More "
09 November 2023
Anynomous
"
(Dirgahayu TNI ke-72)
Tahu kah kalian sosok tentara pejuang Kolonel Arifin Nu'mang
Yang dahulu pernah ditahan Belanda selama dua tahun antara Desember 1947-Desember 1949 di Pare Pare dan Makassar.
...
Lalu dibebaskan setelah penyerahan kekuasaan oleh Belanda. Tapi Ayahnya La Nu'mang salah seorang tokoh ditembak mati tentara Belanda. Pembantaian yang akhirnya diperingati sebagai peristiwa korban 40.000 jiwa.
Rumahnya yang ditempati para pejuang laskar Ganggawa, membuat keluarganya diincar Belanda. Bukan hanya ia dan ayahnya ditangkap Belanda, tapi kakak wanitanya ST Hasnah juga ikut ditangkap.
Seperti halnya kakaknya yang digelari "Singa Betina " oleh Westerling , Arifin muda tetap melanjutkan perjuangan setelah dilepas oleh Belanda.
Ia tak berhenti melawan Belanda, mengingat kekejaman Belanda pada keluarga dan masyarakat di derahnya.
Ibunya Munira atau I Moni yang juga cucu dari I Rompegading Karaeng Balla Lompoa yang juga penyebar agama islam pertama di Wajo, harus melihat dengan mata kepala, suaminya bersimbah darah di eksekusi Belanda.
Arifin tergabung di beberapa pasukan kelasykaran dan ikut melakukan kontak senjata dengan Belanda sebelum Ia diangkat menjadi Tentara Nasional Indonesia berdasar SK Kasad.
Sebelumnya Ia tergabung sebagai anggota Garuda National Indonesia dan memimpin satu bagian pasukan milisi Ganggawa di Pare Pare.
Pria lulusan sekolah dasar (MIS) dan sekolah lanjutan Sihan Gakko ini, ikut melakukan penghadangan tentara KNIL Belanda di Mangkoso.
Bersama dengan laskar lainnya turut mengamankan pasukan Harimau Indonesia yang dipimpin Mayor Saleh Lahade dan Andi Mattalatta yang mendarat di Barru.
Sejarah panjang karir militernya di TNI dari 1951 hingga tahun 1966, sebelum akhirnya Ia dikaryakan sebagai Bupati kab Sidrap selama 12 tahun, selama 10 tahun menjadi anggota DPRD Sulsel, di samping itu ia memimpin legiun Veteran selama 17 tahun hingga ia wafat pada tahun 1996.
Ia berpangkat letnan saat mengikuti konferensi Pacekke tahun 1947 yang berhasil membentuk Tri Divisi Hasanuddin, Ia menjadi komandan Kompi dari Batalyon III. Lalu menjadi Danyon 011 Toddopuli dengan pangkat Kapten .
Ia menjadi komandan batalyon 721, tahun 1981 keputusan ABRI menaikkan pangkatnya dari Letkol menjadi Kolonel pangkat yang disandangnya hingga akhir kariernya di TNI.
Berbagai tanda jasa dan penghargaan disematkan oleh negara kepadanya.
Ia akhirnya wafat di Makassar tanggal 7 April 1996, dan dimakamkan di taman makam pahlawan Panaikang Makassar.
Sumber : Buku Jejak dan langkah Arifin Nu'mang oleh Armin Mustamin Toputiri, tahun 2006
Anynomous
"
Jendral TNI Purn Andi Muhammad Jusuf Amir sosok Martir Asal Sulsel, salah satu yang memperjuangkan kemerdekaan dan membebaskan kita dari belenggu penjajahan.
Pria kelahiran Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan Sulsel (Sulsel) dikenal dengan strategi perang gerilyanya.
Mantan pimpinan tertinggi ABRI tersebut juga mengemban jabatan selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan pada era presiden Soeharto.
...Semasa menjabat selaku panglima tertinggi ABRI, Jusuf juga diketahui sebagai Jendral yang memperhatikan kesejahteraan bawahannya. Dirinya secara rutin berkeliling daerah untuk menemui para prajurit di barak-barak. Dengan hangat dia menyapa keluarga prajurit.
Selain memiliki keistimewaan di mata prajurit nya. Dia juga membangun asrama, memperbaiki fasilitas yang rusak, memberikan bantuan dan dengan sikap kebapakan mendengarkan curhat para prajurit. "Orang nya terbuka dan bersahaja banyak yang akrab dengan beliau,"terangnya.
SELAMAT HARI PAHWALAN
See More " 09 November 2023Anynomous
"
(Dirgahayu TNI ke-72)
Tahu kah kalian sosok tentara pejuang Kolonel Arifin Nu'mang
Yang dahulu pernah ditahan Belanda selama dua tahun antara Desember 1947-Desember 1949 di Pare Pare dan Makassar.
...Lalu dibebaskan setelah penyerahan kekuasaan oleh Belanda. Tapi Ayahnya La Nu'mang salah seorang tokoh ditembak mati tentara Belanda. Pembantaian yang akhirnya diperingati sebagai peristiwa korban 40.000 jiwa.
Rumahnya yang ditempati para pejuang laskar Ganggawa, membuat keluarganya diincar Belanda. Bukan hanya ia dan ayahnya ditangkap Belanda, tapi kakak wanitanya ST Hasnah juga ikut ditangkap.
Seperti halnya kakaknya yang digelari "Singa Betina " oleh Westerling , Arifin muda tetap melanjutkan perjuangan setelah dilepas oleh Belanda.
Ia tak berhenti melawan Belanda, mengingat kekejaman Belanda pada keluarga dan masyarakat di derahnya.
Ibunya Munira atau I Moni yang juga cucu dari I Rompegading Karaeng Balla Lompoa yang juga penyebar agama islam pertama di Wajo, harus melihat dengan mata kepala, suaminya bersimbah darah di eksekusi Belanda.
Arifin tergabung di beberapa pasukan kelasykaran dan ikut melakukan kontak senjata dengan Belanda sebelum Ia diangkat menjadi Tentara Nasional Indonesia berdasar SK Kasad.
Sebelumnya Ia tergabung sebagai anggota Garuda National Indonesia dan memimpin satu bagian pasukan milisi Ganggawa di Pare Pare.
Pria lulusan sekolah dasar (MIS) dan sekolah lanjutan Sihan Gakko ini, ikut melakukan penghadangan tentara KNIL Belanda di Mangkoso.
Bersama dengan laskar lainnya turut mengamankan pasukan Harimau Indonesia yang dipimpin Mayor Saleh Lahade dan Andi Mattalatta yang mendarat di Barru.
Sejarah panjang karir militernya di TNI dari 1951 hingga tahun 1966, sebelum akhirnya Ia dikaryakan sebagai Bupati kab Sidrap selama 12 tahun, selama 10 tahun menjadi anggota DPRD Sulsel, di samping itu ia memimpin legiun Veteran selama 17 tahun hingga ia wafat pada tahun 1996.
Ia berpangkat letnan saat mengikuti konferensi Pacekke tahun 1947 yang berhasil membentuk Tri Divisi Hasanuddin, Ia menjadi komandan Kompi dari Batalyon III. Lalu menjadi Danyon 011 Toddopuli dengan pangkat Kapten .
Ia menjadi komandan batalyon 721, tahun 1981 keputusan ABRI menaikkan pangkatnya dari Letkol menjadi Kolonel pangkat yang disandangnya hingga akhir kariernya di TNI.
Berbagai tanda jasa dan penghargaan disematkan oleh negara kepadanya.
Ia akhirnya wafat di Makassar tanggal 7 April 1996, dan dimakamkan di taman makam pahlawan Panaikang Makassar.
Sumber : Buku Jejak dan langkah Arifin Nu'mang oleh Armin Mustamin Toputiri, tahun 2006
See More " 04 October 2023